Batulappa, Luwu – 3 Maret 2025, langit sore di Desa Batulappa, perbatasan Luwu–Wajo, seolah ikut menyambut kedatangan dua tokoh yang telah lama dinanti. Di bawah sengatan matahari bulan Ramadan, ribuan warga berdiri berjejer, penuh semangat dan harapan, menyambut kembalinya Bupati Luwu H. Patahudding dan Wakil Bupati Muhammad Dhevy Bijak usai resmi dilantik di Istana Negara.
Namun ini bukan sekadar arak-arakan seremonial. Di sepanjang jalan poros, dari anak-anak hingga para sesepuh, suasana begitu hidup—bendera kecil dikibarkan, suara rebana mengalun, dan senyum tak lepas dari wajah warga. Seolah-olah Luwu sedang menyambut pahlawan pulang dari medan juang.
Sekitar pukul 15.50 WITA, iring-iringan kendaraan Bupati dan Wabup memasuki kawasan Batulappa. Di sana, mereka disambut langsung oleh Sekda Luwu, Drs. H. Sulaiman, MM, yang mengalungkan **sarung sutera khas Luwu**—sebuah simbol kehormatan dan penerimaan adat.
Setelah penyambutan, lautan manusia mengiringi mereka menuju Belopa. Deretan motor dan mobil membentuk konvoi panjang yang perlahan menyatu dengan wajah-wajah antusias di pinggir jalan. Tidak sedikit warga yang sengaja datang dari kecamatan jauh hanya untuk melihat pemimpin baru mereka secara langsung—sebuah bukti kuat bahwa Luwu merindukan perubahan yang dekat dengan rakyat.
Di Ibu Kota Belopa, Bupati dan Wabup langsung bergabung dalam acara **buka puasa bersama masyarakat**, menyapa satu per satu warga dan tokoh adat, sembari menyampaikan rasa terima kasih dan komitmen untuk membangun Luwu dari desa hingga ke pusat kota.
“Saya dan Pak Dhevy bukan hanya datang untuk memimpin, tapi untuk bersama-sama membangun. Luwu ini rumah kita. Mari kita jaga dan majukan bersama,” ujar Patahuddin dalam pidato singkatnya.
*Bukan Sekadar Sambutan, Tapi Doa yang Dihidupkan
Dalam budaya Luwu, menyambut pemimpin baru bukan hanya tradisi—itu adalah cara masyarakat menitipkan harapan, menyampaikan dukungan tanpa kata-kata panjang. Dan hari itu, Luwu bicara lewat langkah kaki, senyum tulus, dan sarung yang dikalungkan dengan bangga.
Momentum ini menjadi awal bukan hanya bagi masa jabatan Patahuddin-Dhevy, tapi juga lembar baru bagi Luwu: tempat di mana pemimpin dan rakyat berjalan bersama.