Belopa, 21 April 2025** – Di bawah langit pagi yang teduh, aroma kopi hitam pekat mengepul hangat dari cangkir-cangkir yang tersaji di teras Rumah Jabatan Bupati Luwu. Namun pagi itu, kopi bukan hanya teman mengusir kantuk. Ia menjadi pengantar diskusi serius, ketika **Bupati Luwu, Dr. H. Patahuddin, S.Ag., M.Si**, mengundang seluruh kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk berbincang santai—namun berbobot—dalam momen **Coffee Morning bertema “Persoalan Sampah”**.
“Kalau bicara sampah, kita tak bisa lagi saling tunjuk. Sudah waktunya kita bergerak sebagai satu tubuh,” ujar Patahuddin membuka pertemuan, sembari meletakkan cangkir kopi di meja. Ia berbicara lugas, namun tetap dengan nada akrab yang mencairkan suasana.
Diskusi pun mengalir hangat. Mulai dari penanganan teknis sampah rumah tangga, penambahan armada angkut, keterlibatan desa dalam program kebersihan, hingga pentingnya membangun budaya sadar lingkungan sejak usia dini. Para kepala dinas silih berganti menyampaikan pandangan, ide, dan bahkan keluhan—yang biasanya hanya terdengar di ruang rapat formal kini mengalir lebih jujur dalam suasana santai.
Salah satu gagasan menarik datang dari Kepala Dinas Pendidikan, yang mengusulkan program edukasi “Satu Siswa, Satu Sampah” di sekolah-sekolah, sebagai cara menanamkan tanggung jawab lingkungan secara dini. Di sisi lain, Dinas Lingkungan Hidup mengusulkan perluasan TPS 3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle) di beberapa kecamatan yang mulai padat penduduk.
Patahuddin mengapresiasi setiap masukan yang disampaikan. Menurutnya, penanganan sampah tak bisa lagi dilakukan secara sektoral. Ia mendorong agar semua OPD menyusun rencana kerja yang terintegrasi, melibatkan masyarakat, dan—yang terpenting—menunjukkan hasil yang bisa dilihat dan dirasakan langsung.
“Sampah adalah wajah kita. Kalau kita tak mampu menatanya, bagaimana orang lain bisa percaya bahwa kita serius membangun daerah ini?” katanya tegas.
Coffee Morning itu berakhir tanpa seremoni, tapi meninggalkan kesan dalam. Tak ada tepuk tangan atau foto bersama, hanya semangat yang terbangun dan janji diam-diam di hati para pimpinan daerah: bahwa Luwu bersih bukan sekadar slogan, tapi keniscayaan yang harus diperjuangkan, mulai dari secangkir kopi, hingga aksi nyata di lapangan.